Impian dan Cita-cita ku Tak Kenal Batas

Impian dan Cita-cita ku Tak Kenal Batas



hidup sebenarnya adalah kerja keras yang bertujuan untuk mendapatkan kesuksesan. Tentu saja dengan melakukan hal-hal yang terbaik yang bisa kita lakukan. Seorang petualang akan melakukan hal apa saja demi mencapai sebuah tujuannya. Jika ia adalah seorang pendaki gunung, maka batu terjal, hutan rimba, cuaca yang dingin sudah barang tentu menjadi hambatan untuk dilewati agar sampai ke puncak yang ia tuju. Jika ia adalah seorang pembalap motor yang ulung, tentu saja tikunagan-tikungan tajam menjadi tantangan, agar bisa melewati lap demi lap dengan kecepatan tercepat. Jika ia seorang petinju handal maka ia akan berusaha mengalahkan lawan dengan sebaik mungkin. Dan masih banyak hal yang lainnya yang membuat seseorang mempertaruhkan dirinya untuk sebuah kesuksesan. Dengan demikian salah satu dari barometer keberhasilan adalah kerja keras. Maka wajar saja ada pepatah mengatakan, “Seberapa besar usahamu maka sebesar itu pulalah keberhasilan yang akan kamu peroleh”. Tolak ukur untuk sebuah keberhasilan adalah kerja keras dan usaha yang lebih. Lantas bagaimanakah kita bisa menghadirkan semangat kerja keras kita dalam mencapai sebuah kesuksesan ?. Yang pertama Jawabannya adalah Berani bermimpi. “Al-kullu yubda’u bil ahlam” semua itu dimulai dari mimpi. Seberapa besar impian anda dan seberapa besar anda untuk mimpi itu. sejarah telah mengukir jejak para petualang kehidupan yang sukses. Bahwa banyak diantara mereka adalah orang yang fokus terhadap impian mereka. Siapa yang tak kenal dengan sosok imam besar yang satu ini, imam Syafi’i. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa beliau sangat ingin sekali pergi ke mesir untuk bisa belajar kepada ulama-ulama mesir terutama kepada Imam Al-laisi, namun karena hidup dengan kondisi kekuranagn ketika itu, akhirnya setelah bertahun-tahun barulah impian beliau untuk bisa ke Mesir terwujud. Impian memang tak mengenal batas, dengan mimpi orang dapat melakukan apa saja yg ia Inginkan walau harus melakukan hal yang terpahit sekalipun, tak ada yang dapat menghalangi usahanya jika impian sudah ditetapkan. Kemudian, jadikan kesulitan itu sebagai energi untuk menuju sukses. Bagi orang yang memiliki impian yang kuat maka halangan dan rintangan bukan lagi menjadi penghambat, justru keduanya menjadi energi positif yang dapat menghantarkan dirinya kepada impian yang ia inginkan. Seorang imam malik sebelum beliau menjadi ulama besar, dikisahkan bahwa beliau pernah menjual atap rumahnya untuk bekal menuntut ilmu, dengan kondisi kekurangan seperti itu justru imam malik muncul sebagai sosok ulama darul hjadis yang termashur di kalangan Madinah ketika itu. demikian pula imam Syafi’I karena kemiskinannya beliau terpaksa harus mengais-ngais sampah untuk mendapatkan kertas, namun beliau sangat sabar dan mampu melewati masa-masa itu sehingga nama beliau dikenang samapai saat ini. terbukti bahwa semua kesulitan itu telah menghantarkan mereka untuk merubah mimpi menjadi kenyataan. Selanjutnya, kesuksesan yang tertunda itu bukan berarti kegagalan selama-lamanya. Mungkin masing-masing kita pernah meraskan hal yang satu ini. Misalnya gagal ketika mengikuti ujian nasional (UN), gagal untuk mendapatkan beasiswa di universitas yang ada di Indonesia, atau rosib (tidak naik tingkat) dalam imtihan di Al-Azhar. Namun siapa yang menyangka justru semua kegagalan itu kini berakhir dengan hikmah yang laur biasa. Misalnya yang dulunya tidak lulus beasiswa di indonesia, namun kini mendapatkan kesempatan belajar di universitas Al-Azhar, universitas islam tertua di dunia. Demikian pula halnya yang tahun lalu rosib, justru kini najah (naik tingkat) dengan nilai terbaik. Semua Itu mungkin hanya sebagaian hikmah yang bisa kita petik dari sebuah keberhasilan yang tertunda. Dan tentunya Allah pasti jauh lebih tau terhadap apa yang kita butuhkan. Semua hikmah itu akan terasa manis ketika kita tahu bahwa kesuksesan yang tertunda bukan berarti kegagalan untuk selama-lamanya. Ingat kesuksesan yang tertunda, bukan berarti impian kita telah berakhir, ketahuilah bahwa akan ada hikmah dan kesuksesan selanjutnya. Dalam sejarahnya imam Syafi’I yang gagal untuk bertemu dengan imam Al-laisi (Mesir) ketika itu dikarenakan kekurangannya tidak lantas membuat imam Syafi’I patah semangat, bahkan beliau mampu mendapatkan yang lebih baik dari itu semua, hingga akhirnya beliau bisa menetap di mesir sampai akhir hayatnya. “Yakinilah, bahwa bagaimanapun Impian tak akan mengenal batas, siapapun ia yang ingin sukses harus berani bermimpi dan berani bekerja keras untuk mewujudkan impiannya. Jangan khawatirkan batas antara impian dan kenyataan. Jika kita dapat memimpikannya, maka insya Allah kita dapat mewujudkannya. Tapi ingat kawan kita tidak dapat hanya duduk dan menunggu seseorang hadir kemudian memberikan mimpi emas. Kita harus keluar dan membuatnya terjadi pada diri kita sendiri”.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/190191/impianku-tak-kenal-batas_550ed080a33311be2dba85ac
Hidup sebenarnya adalah kerja keras yang bertujuan untuk mendapatkan kesuksesan. Tentu saja dengan melakukan hal-hal yang terbaik yang bisa kita lakukan. Seorang petualang akan melakukan hal apa saja demi mencapai sebuah tujuannya.
Jika ia adalah seorang pendaki gunung, maka batu terjal, hutan rimba, cuaca yang dingin sudah barang tentu menjadi hambatan untuk dilewati agar sampai ke puncak yang ia tuju. Jika ia adalah seorang pembalap motor yang ulung, tentu saja tikungan-tikungan tajam menjadi tantangan, agar bisa melewati lap demi lap dengan kecepatan tercepat. Jika ia seorang petinju handal maka ia akan berusaha mengalahkan lawan dengan sebaik mungkin. Dan masih banyak hal yang lainnya yang membuat seseorang mempertaruhkan dirinya untuk sebuah kesuksesan.


Dengan demikian salah satu dari barometer keberhasilan adalah kerja keras. Maka wajar saja ada pepatah mengatakan, “Seberapa besar usahamu maka sebesar itu pulalah keberhasilan yang akan kamu peroleh”. Tolak ukur untuk sebuah keberhasilan adalah kerja keras dan usaha yang lebih. Lantas bagaimanakah kita bisa menghadirkan semangat kerja keras kita dalam mencapai sebuah kesuksesan?


Yang pertama Jawabannya adalah Berani bermimpi. “Al-kullu yubda’u bil ahlam” semua itu dimulai dari mimpi. Seberapa besar impian Anda dan seberapa besar Anda untuk mimpi itu. Sejarah telah mengukir jejak para petualang kehidupan yang sukses. Bahwa banyak di antara mereka adalah orang yang fokus terhadap impian mereka. Siapa yang tak kenal dengan sosok imam besar yang satu ini, imam Syafi’i.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa beliau sangat ingin sekali pergi ke Mesir untuk bisa belajar kepada ulama-ulama Mesir terutama kepada Imam Al-laisi, namun karena hidup dengan kondisi kekurangan ketika itu, akhirnya setelah bertahun-tahun barulah impian beliau untuk bisa ke Mesir terwujud. Impian memang tak mengenal batas, dengan mimpi orang dapat melakukan apa saja yang ia Inginkan walau harus melakukan hal yang terpahit sekalipun, tak ada yang dapat menghalangi usahanya jika impian sudah ditetapkan.

Kemudian, jadikan kesulitan itu sebagai energi untuk menuju sukses. Bagi orang yang memiliki impian yang kuat maka halangan dan rintangan bukan lagi menjadi penghambat, justru keduanya menjadi energi positif yang dapat menghantarkan dirinya kepada impian yang ia inginkan. Seorang imam Malik sebelum beliau menjadi ulama besar, dikisahkan bahwa beliau pernah menjual atap rumahnya untuk bekal menuntut ilmu, dengan kondisi kekurangan seperti itu justru imam Malik muncul sebagai sosok ulama darul hadits yang termasyhur di kalangan Madinah ketika itu. Demikian pula imam Syafi’i karena kemiskinannya beliau terpaksa harus mengais-ngais sampah untuk mendapatkan kertas, namun beliau sangat sabar dan mampu melewati masa-masa itu sehingga nama beliau dikenang sampai saat ini. Terbukti bahwa semua kesulitan itu telah menghantarkan mereka untuk merubah mimpi menjadi kenyataan.

Selanjutnya, kesuksesan yang tertunda itu bukan berarti kegagalan selama-lamanya. Mungkin masing-masing kita pernah merasakan hal yang satu ini. Misalnya gagal ketika mengikuti ujian nasional (UN), gagal untuk mendapatkan beasiswa di universitas yang ada di Indonesia, atau rosib (tidak naik tingkat) dalam imtihan di Al-Azhar. Namun siapa yang menyangka justru semua kegagalan itu kini berakhir dengan hikmah yang luar biasa. Misalnya yang dulunya tidak lulus beasiswa di Indonesia, namun kini mendapatkan kesempatan belajar di universitas Al-Azhar, universitas Islam tertua di dunia. Demikian pula halnya yang tahun lalu rosib, justru kini najah (naik tingkat) dengan nilai terbaik. Semua Itu mungkin hanya sebagian hikmah yang bisa kita petik dari sebuah keberhasilan yang tertunda. Dan tentunya Allah pasti jauh lebih tau terhadap apa yang kita butuhkan.

Semua hikmah itu akan terasa manis ketika kita tahu bahwa kesuksesan yang tertunda bukan berarti kegagalan untuk selama-lamanya. Ingat kesuksesan yang tertunda, bukan berarti impian kita telah berakhir, ketahuilah bahwa akan ada hikmah dan kesuksesan selanjutnya. Dalam sejarahnya imam Syafi’i yang gagal untuk bertemu dengan imam Al-laisi (Mesir) ketika itu dikarenakan kekurangannya tidak lantas membuat imam Syafi’i patah semangat, bahkan beliau mampu mendapatkan yang lebih baik dari itu semua, hingga akhirnya beliau bisa menetap di Mesir sampai akhir hayatnya.

Baca juga artikel motivasi kehidupan
“Yakinilah, bahwa bagaimanapun Impian tak akan mengenal batas, siapa pun ia yang ingin sukses harus berani bermimpi dan berani bekerja keras untuk mewujudkan impiannya. Jangan khawatirkan batas antara impian dan kenyataan. Jika kita dapat memimpikannya, maka insya Allah kita dapat mewujudkannya. Tapi ingat kawan kita tidak dapat hanya duduk dan menunggu seseorang hadir kemudian memberikan mimpi emas. Kita harus keluar dan membuatnya terjadi pada diri kita sendiri”.

Mewujudkan Sebuah Impian

 Melalui impian tersebut, diharapkan kita akan berusaha dan terdorong untuk mewujudkannya. Namun, tidak semua orang yang memiliki impian akan menuai kesuksesan, tanpa disertai dengan usaha tak ubahnya angan-angan kosong belaka.
Hanya orang-orang yang berjuang dengan sekuat tenaga yang dapat meraih mimpinya. Karena impian dan perjuangan itu berbanding lurus. Semakin besar perjuangan yang telah dilakukan, maka semakin besar pula peluang untuk mewujudkan mimpi kita.
Untuk mewujudkan mimpinya, setiap orang memiliki cara yang tidak sama. Dalam hal ini, kita dapat membedakannya menjadi tiga golongan. Golongan pertama adalah orang yang sangat menjunjung tinggi bekerja keras. Ia mewujudkan impian dengan cara berusaha keras tanpa mengenal lelah. Dan golongan kedua, adalah orang-orang hanya berdoa siang dan malam tanpa mengupayakan usaha dan kerja keras.
Sedangkan golongan terakhir adalah orang yang seimbang. Ia mewujudkan impiannya dengan perjuangan dengan disertai berdoa kepada Allah SWT. Karena ia percaya, bahwa setelah berusaha maksimal, Allah SWT jugalah yang tetap akan menentukan segalanya. Tentu golongan terakhir inilah yang perlu kita terapkan, yakni selain memaksimalkan usaha untuk mewujudkan impian, kita juga perlu spiritual dengan memohon kepada Allah SWT.
Pada dasarnya, semua tergantung pada diri kita sendiri bagaimana cara menyikapi dari mimpi yang ada pada diri kita. Apakah kita ingin memperjuangkan dan mewujudkan impian itu? Atau malah membiarkan mimpi kita dan pasrah pada takdir? Ya, pilihan itu ada di tangan kita, bukan nasib yang menentukan. Sebab perjuangan kitalah yang dapat menentukan arah kehidupan kita sendiri.

Hal tersebut terbukti dalam sederet nama tokoh besar dan ilmuwan yang tercatat dalam sejarah, tak terlepas dari kisah perjuangannya. Bahkan proses mewujudkan impian itulah yang bernilai tinggi, karena didalamnya terdapat perjuangan dan pengalaman yang berharga.
Seperti misalnya yang dilakukan oleh Thomas Alfa Edison dengan lampu pijarnya. Di tengah percobaannya, ia telah mengalami kegagalan sebanyak 9.998 kali. Hingga pada percobaannya yang ke 9.999 dia berhasil dengan sukses menciptakan lampu pijar yang dapat menyala dengan terang.
Dengan demikian, kita dapat mengetahui mengapa Edison dapat sukses mewujudkan impiannya? Jawabannya adalah karena perjuangan dan tekad yang kuat untuk meraih impian tersebut. Dengan kenyataan ini, masihkah kita enggan mewujudkan cita-cita dengan perjuangan?
Contoh di atas, seolah menunjukkan bahwa pemikiran dan tujuan yang mulia saja masih belum cukup untuk mewujudkan impian. Justru yang lebih kita butuhkan adalah berjuang melawan keputusasaan dan kepasrahan, atau perjuangan menghadapi kegagalan. Intinya, jangan pernah menyerah untuk menggapai impian kita.


Thomas Alfa Edison juga sangat menjunjung tinggi usaha keras. Hal tersebut dapat terlihat dari ungkapannya yaitu,"Genius adalah 1 persen inspirasi dan 99 persen keringat." Kata bijak itu telah menunjukkan, bahwa ia sangat menghargai kerja keras.
Selain itu, berdoa juga berperan dalam mewujudkan impian kita. Karena doa merupakan salah satu bentuk komunikasi manusia dengan Allah SWT. Mungkin orang jarang menyadari bahwa apapun yang mereka panjatkan saat berdoa, telah memberikan sugesti positif yang tertanam dalam pikiran bawah sadar.
Maka dari itu, ada baiknya setelah berusaha maksimal, kita berdoa kepada Allah SWT. Karena semua dapat terjadi kehendakNya. Apa yang telah kita usahakan, serahkan kembali kepada Allah SWT.
Dengan demikian, kita tidak hanya mewujudkan impian saja, namun juga sukses dalam spiritual. Percayalah bahwa dibalik susah payah perjuangan kita, pasti akan ada hasilnya. Mari wujudkan impian dengan perjuangan dan berdoa kepada Allah SWT.

Semua itu adalah sebuah motivasi untuk kita , Semoga bermanfaat ya .......


Kunjungi jasa Rental Mobil Pekanbaru dapatkan harga termurah dan terjangkau.
bertujuan untuk mendapatkan kesuksesan. Tentu saja dengan melakukan hal-hal yang terbaik yang bisa kita lakukan. Seorang petualang akan melakukan hal apa saja demi mencapai sebuah tujuannya. Jika ia adalah seorang pendaki gunung, maka batu terjal, hutan rimba, cuaca yang dingin sudah barang tentu menjadi hambatan untuk dilewati agar sampai ke puncak yang ia tuju. Jika ia adalah seorang pembalap motor yang ulung, tentu saja tikunagan-tikungan tajam menjadi tantangan, agar bisa melewati lap demi lap dengan kecepatan tercepat. Jika ia seorang petinju handal maka ia akan berusaha mengalahkan lawan dengan sebaik mungkin. Dan masih banyak hal yang lainnya yang membuat seseorang mempertaruhkan dirinya untuk sebuah kesuksesan. Dengan demikian salah satu dari barometer keberhasilan adalah kerja keras. Maka wajar saja ada pepatah mengatakan, “Seberapa besar usahamu maka sebesar itu pulalah keberhasilan yang akan kamu peroleh”. Tolak ukur untuk sebuah keberhasilan adalah kerja keras dan usaha yang lebih. Lantas bagaimanakah kita bisa menghadirkan semangat kerja keras kita dalam mencapai sebuah kesuksesan ?. Yang pertama Jawabannya adalah Berani bermimpi. “Al-kullu yubda’u bil ahlam” semua itu dimulai dari mimpi. Seberapa besar impian anda dan seberapa besar anda untuk mimpi itu. sejarah telah mengukir jejak para petualang kehidupan yang sukses. Bahwa banyak diantara mereka adalah orang yang fokus terhadap impian mereka. Siapa yang tak kenal dengan sosok imam besar yang satu ini, imam Syafi’i. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa beliau sangat ingin sekali pergi ke mesir untuk bisa belajar kepada ulama-ulama mesir terutama kepada Imam Al-laisi, namun karena hidup dengan kondisi kekuranagn ketika itu, akhirnya setelah bertahun-tahun barulah impian beliau untuk bisa ke Mesir terwujud. Impian memang tak mengenal batas, dengan mimpi orang dapat melakukan apa saja yg ia Inginkan walau harus melakukan hal yang terpahit sekalipun, tak ada yang dapat menghalangi usahanya jika impian sudah ditetapkan. Kemudian, jadikan kesulitan itu sebagai energi untuk menuju sukses. Bagi orang yang memiliki impian yang kuat maka halangan dan rintangan bukan lagi menjadi penghambat, justru keduanya menjadi energi positif yang dapat menghantarkan dirinya kepada impian yang ia inginkan. Seorang imam malik sebelum beliau menjadi ulama besar, dikisahkan bahwa beliau pernah menjual atap rumahnya untuk bekal menuntut ilmu, dengan kondisi kekurangan seperti itu justru imam malik muncul sebagai sosok ulama darul hjadis yang termashur di kalangan Madinah ketika itu. demikian pula imam Syafi’I karena kemiskinannya beliau terpaksa harus mengais-ngais sampah untuk mendapatkan kertas, namun beliau sangat sabar dan mampu melewati masa-masa itu sehingga nama beliau dikenang samapai saat ini. terbukti bahwa semua kesulitan itu telah menghantarkan mereka untuk merubah mimpi menjadi kenyataan. Selanjutnya, kesuksesan yang tertunda itu bukan berarti kegagalan selama-lamanya. Mungkin masing-masing kita pernah meraskan hal yang satu ini. Misalnya gagal ketika mengikuti ujian nasional (UN), gagal untuk mendapatkan beasiswa di universitas yang ada di Indonesia, atau rosib (tidak naik tingkat) dalam imtihan di Al-Azhar. Namun siapa yang menyangka justru semua kegagalan itu kini berakhir dengan hikmah yang laur biasa. Misalnya yang dulunya tidak lulus beasiswa di indonesia, namun kini mendapatkan kesempatan belajar di universitas Al-Azhar, universitas islam tertua di dunia. Demikian pula halnya yang tahun lalu rosib, justru kini najah (naik tingkat) dengan nilai terbaik. Semua Itu mungkin hanya sebagaian hikmah yang bisa kita petik dari sebuah keberhasilan yang tertunda. Dan tentunya Allah pasti jauh lebih tau terhadap apa yang kita butuhkan. Semua hikmah itu akan terasa manis ketika kita tahu bahwa kesuksesan yang tertunda bukan berarti kegagalan untuk selama-lamanya. Ingat kesuksesan yang tertunda, bukan berarti impian kita telah berakhir, ketahuilah bahwa akan ada hikmah dan kesuksesan selanjutnya. Dalam sejarahnya imam Syafi’I yang gagal untuk bertemu dengan imam Al-laisi (Mesir) ketika itu dikarenakan kekurangannya tidak lantas membuat imam Syafi’I patah semangat, bahkan beliau mampu mendapatkan yang lebih baik dari itu semua, hingga akhirnya beliau bisa menetap di mesir sampai akhir hayatnya. “Yakinilah, bahwa bagaimanapun Impian tak akan mengenal batas, siapapun ia yang ingin sukses harus berani bermimpi dan berani bekerja keras untuk mewujudkan impiannya. Jangan khawatirkan batas antara impian dan kenyataan. Jika kita dapat memimpikannya, maka insya Allah kita dapat mewujudkannya. Tapi ingat kawan kita tidak dapat hanya duduk dan menunggu seseorang hadir kemudian memberikan mimpi emas. Kita harus keluar dan membuatnya terjadi pada diri kita sendiri”

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/190191/impianku-tak-kenal-batas_550ed080a33311be2dba85ac

Komentar